Deli Serdang (8/09) – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Profesor. Dr. Muhadjir Effendy, M.AP menegaskan, yang harus kita waspadai adalah mereka yang buta huruf kembali, karena kemampuan membaca, menulis dan berhitung (calistung) tidak berguna. Dan saat ini dikembangkan gerakan fungsional literasi agar kemampuan calistung dapat betul-betul termanfaatkan.
“untuk mencegah butu huruf kembali, pihak mengembangkan gerakan fungsional literasi, sehingga kemampuan calistung betul-betul termanfaatkan, untuk dagang, untuk belajar pidato, dan seterusnya, agar orang bersangkutan apa yang dipelajari bukan hal yang mubazir, namun memang berguna untuk dirinya,” ungkap Muhadjir Effendy, ketika puncak Hari Aksara Internasional tahun 2018, di Deli Serdang, 8 September 2018.
Muhadjir Effendy menjelaskan, fungsional literasi saat ini sudah berkembang, tidak hanya baca tulis berhitung, tetapi juga sudah pada tingkat yang lebih maju. Sekarang ini namanya literasi digital atau digital literasy, literasi keuangan dan literasi budaya.
“saat ini ada literasi digital atau digital literasy, dan pak dirjen juga menyinggung literasi keuangan atau banking literasi, sekarang harus ada gerakan memelekan apa pentingnya arti keuangan dalam jasa perbankan. Kemudian yang tida kalah pentingnya literasi budaya, literasi budaya saat ini yang kita dorong sekolah agar siswanya melek budaya, jangan sampai kita punya generasi tidak paham tentang budaya, khususnya budaya lokal, ungkap Muhadjir Effendy.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat Ir. Harris Iskandar, Ph.D. mengatakan, untuk menghindari kemungkinan warga yang sudah melek aksara menjadi buta aksara kembali, mengkampanyekan gerakan membaca.
“diantaranya terus kita kampanyekan kepada masyarakat tentang gerakan Indonesia membaca, yang didukung dengan Gerakan Pendidikan Pemberdayaan Perempuan Mandiri (GP3M). Kegiatan-kegiatan ini bukan hanya meningkatkan menulis dan berhitung semata, namun juga mengembangkan pemberdayaan masyarakat secara ekonomi, sosial, budaya, sains, literasi, informasi, komunikasi dan literasi keuangan,”kata Harris Iskandar. (RN)