Jayapura, (18/6/2019) – Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, menggandeng Universitas Cenderawasih dan Polda Papua, mempercepat pemberantasan tunaaksara. Secara nasional angka tuna aksara masih 2,07 persen, sedangkan di papua mencapai 25,84 persen.
Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat, Ir. Harris Iskandar, P.hD, mengatakan pemberantasan buta huruf sudah dilakukan sejak kemerdekaan hingga sekarang, dan perkembangan pemberantasan buta aksara sangat luar biasa.
Menurut Harris Iskandar, saat ini kita menjadi contoh oleh Negara lain dalam pemberantasan buta aksara, dimana diawal kemerdekaan sekitar 90 persen warga Indonesia buta huruf, tetapi saat ini sudah melewati itu. Angka tuna aksara sekarang tinggal 2,07 persen khususnya untuk warga umur 15-59, sehingga 2 persen, merupakan angka ini yang istimewa. Angka 2 persen yang paling susah, paling keras dalam semua teori sosiologi, antropologi. Dimana 2 persen jumlah dari populasi itu paling susah, oleh karena itu perlu berbagai cara kita semua.
“2 persen dari populasi, itu yang paling susah, oleh karena itu perlu kerjasama kita semua, perlu kesabaran kita semua, perlu kecerdasan kita semua, dengan berbagai cara, dengan polisi oke, dengan mahasiswa oke, dengan guru oke, seluruh strategi kalau bisa, seluruh strategi kita lakukan untuk 2 persen ini”, ungkap Dirjen PAUD dan Dikmas, Ir. Harris Iskandar, P.hD, di Kantor BP-PAUD dan Dikmas Papua, 18 Juni 2019.
Kepala BP-PAUD dan Dikmas Papua, Drs. Hadiyana, M.M. mengatakan, masih tingginya tuna aksara di papua mencapai 25,84 persen, lebih tinggi dari tuna aksara nasional 2,07 persen. Walaupun sudah dilakukan dengan beragam program dan kebijakan, namun di papua masih angka tertinggi, sehingga perlu strategi untuk mengurangi tingkat tuna aksara.
“ ini tantangan bagi kita yang ada disini, oleh karena itu salah satu cara melibatkan dari Perguruan Tinggi, Polda Papua dan harapan kita akan dapat mengurangi tingkat buta aksara”, ungkap Hadiyana.
Drs. Fredrik Sokoy, M.Si Pembantu Rektor IV Bidang Kerjasama, mewakili Rektor Universitas Cenderawasih, menyampaikan angka tuna aksara merupakan suatu fenomena yang banyak didiskusikan. Namun bagaimana langkah-langkah memecahkan persoalan itu, yang ada di Papua.
“beberapa langkah konkrit sementara yang sedang dilakukan oleh dinas pendidikan provinsi, kabupaten dan kota, tetapi juga bahwa menghadapi masalah seperti ini, memang bukan pekerjaan sektoral, kita perlu strategi kroyokan”, jelas Fredrik Sokoy.
Strategi penuntasan tuna aksara di Papua, ditandai diawali dengan penandatanganan Nota Kesepahaman Program Keaksaraan Dasar, antara Dirjen PAUD dan Dikmas dengan Pihak Universitas Cenderawasih dan Polda Papua. Selain itu pada kesempatan ini penyerahan bantuan BOP Keaksaraan Dasar, bantuan sarana-prasarana PAUD, serta bantuan Kurikulum 2013.
Kegiatan ini dihadiri Direktur Pembinaan PAUD DR. Muhammad Hasby, Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan, DR Abdul Kahar, Pejabat BP-PAUD dan Dikmas Papua, Perwakilan Uncen, Perwakilan Polda Papua, perwakilan Dinas Pendidikan Provinsi Papua, BAN PAUD dan PNF Papua, pengelola PAUD, LKP, Kursus dan pihak lainnya. (RN)