Dalam 10 Tahun terakhir Indonesia berhasil meningkatkan keaksaraan masyarakat secara signifikan. Ada beberapa tantangan besar dalam pengentasan penduduk buta aksara sekarang. Pertama, karaktreristik penduduk buta aksara yang tersisa sekotar 2.07 persen berasal dari kelompok paling miskin, terpencil, dan terpancar. Selain itu sebagian berada di komunitas dengan budaya tertentu. Kedua, masih besarnya jumlah aksarawan baru yang mengalami relapsing (menjadi buta aksara kembali). Ketiga, masih besarnya potensi bertambahnya penduduk buta aksara. Yakni jumlah siswa sekolah dasar (SD) kelas awal (I-III) yang dropout berpotensi menjadi buta aksara. Karena itu, diperlukan grand design pendidikan keaksaraan dan kesetaraan.
Adapun multi keaksaraan kali ini dengan tema layanan kesehatan diri, bekerja sama dengan BP-PAUD Dikmas Papua dan Papua Barat dan empat PKBM di Kota Jayapura, salah satunya PKBM GILGAL. Diantaranya melalui uji coba operasional model pendidikan keaksaraan lanjutan multi keaksasraan terintegrasi.
Pembelajaran Multi Keaksaraan merupakan suatu usaha memberdayakan masyarakat dalam membangun keaksaraan. Agar pembelajaran yang dilaksanakan dapat bermutu dan tepat sasaran, sangatlah dibutuhkan sarana dan prasarana pendidikan khususnya pendidikan multi keaksaraan.
Pamong belajar BP-PAUD Dikmas Papua dan Papua Barat, Faisal Riza mengatakan ketika pendidikan multi keaksaraan dilaksanakan, maka yang bisa memonitoring dan mengevaluasi.
Multi aksara memberikan bekal agar warga bisa bertahan hidup khususnya dalam kesehatan diri, dan menyadari betapa pentingnya pribadi yang sehat. Kata Faizal.
Tahapan pembelajarannya satu tutor menangani 10 orang, ada pre test, pendidikan secara teknis, pos test, senantiasa sabar melayani mereka yang benar-benar membutuhkan dalam menuntaskan buta aksara, Ujar Faizal.