2016-08-01-anak-tiri-yang-peduli2Tak harus menjadi anak emas untuk bisa menunjukan kualitas. Anak tiri-pun tetap bisa berkreasi. Demikian filosofis mereka, kala bergandengan tangan bersama Pemerintah Distrik dan PNPM Mandiri – Respek. Tingkatkan kompetensi masyarakat melalui program PAUDNI.

Yapsi, Jayapura – Senyum simpul menghias di bibirnya. Wajah berseri menutup legam warna aslinya. Dialah Mastur (40), Ketua PKBM Papua Mandiri. Penampilannya yang bersahaja tampak gagah kala itu. Dengan langkah gontai pria muda ini keluar dari kantor Distrik Yapsi, setelah bertemu Kepala Distrik dan Tim Pendamping PNPM Mandiri – Respek Distrik Yapsi Kabupaten Jayapura.

Distrik Yapsi adalah salah satu Distrik terluar di Kabupaten Jayapura. Jaraknya sekitar 200 km dari pusat Kota Sentani. Yapsi merupakan distrik pemekaran dari Distrik Lereh. Lokasi inipun digadang-gadang akan menjadi Ibu Kota bagi daerah pemekaran baru, Kabupaten Grime Nawa.

Cukup sulit memang untuk mencapai wilayah ini. Butuh waktu paling tidak 5 jam untuk mencapainya. Itupun baru mencapai wilayah terluar Distrik, yaitu Kampung Ongan Jaya yang lebih dikenal dengan SP-I Taja.

Sementara PKBM Papua Mandiri sendiri berada di Kampung Nawa Mukti (SP-IV Taja). Butuh waktu sekitar 1,5 sampai 2 jam dari SP-I. Itupun jika cuaca cerah dan jalan kering! Sebaliknya, jika hujan atau sehabis hujan, perjalanan mungkin molor menjadi 3 – 4 jam. Dan dalam kondisi ini, terkadang hanya motor yang bisa tembus ke lokasi. Disinilah PKBM ini tumbuh.

PKBM ini sendiri lahir pada tanggal 31 Maret 2013. Adalah Notaris Ratna Nelly Priyanti, SH yang melegalkan pendiriannya. Legalitas lainnya diperoleh melalui SK Pemerintah Kampung dan Ijin Operasional dari Pemerintah Distrik.

Tumbuh ditengah masyarakat yang heterogen (masyarakat transmigrasi), PKBM ini telah melaksanakan berbagai program PAUDNI.  Pendidikan keaksaraan dasar menjadi program awalnya. Dari program tersebut, PKBM yang banyak digawangi pendidik dari SD ini telah mengentaskan masyarakat buta aksara sedikitnya 180 orang. Dari penyisihan anggaran tersebut, Papua Mandiri telah berhasil membentuk kelompok usaha perbengkelan bagi masyarakat dilokasi domisilinya.

“Kami sudah lama ingin adanya bengkel di SP empat ini. Tapi tidak ada yang bisa” ujar M. Subhan yang merupakan warga belajar pendidikan kursus otomotif yang dilaksanakan tahun 2013. Menurutnya, bengkel terdekat berada di SP-II yang berjarak sekitar satu jam. “Kami bersyukur sekarang kami memiliki bengkel ini” ungkapnya. Bengkel yang diberi nama “Bicaz” ini awalnya di daulat sebagai bengkel pelatihan bagi masyarakat. “Bengkel ini adalah tempat berlatih gratis bagi masyarakat” lanjutnya. Hal ini diamini oleh Sutiyoso, Kepala Kampung Nawa Mukti. Namun mereka juga menerima pembayaran jasa yang diberikan pelanggan.

Sutiyoso mengungkapkan rasa syukur dengan adanya lembaga ini. “Ini adalah satu-satunya PKBM di Kampung kami. Bahkan mungkin satu-satunya di Distrik Yapsi” ungkapnya. Pasalnya, dia tidak pernah melihat ada lembaga pendidikan yang melaksanakan program dan bahkan mendirikan unit usaha untuk masyarakat. “Dulu yang kami tahu, pendidikan luar sekolah itu hanya Paket (Pendidikan Kesetaraan – red). Sekarang kami baru sadar bahwa kursus dan buta aksara juga” ungkapnya.

Terkait anggaran kegiatan tahun 2013 tersebut, Mastur mengungkapkan sumbernya. “Tahun 2013 kemarin, anggaran kegiatan kami berasal dari anggaran kegiatan PKBM Tunas Pertiwi untuk keaksaraan dasar.” Menurutnya, anggaran tersebut bersumber dari Direktorat Pembinaan Pendidikan Masyarakat, Ditjen PAUDNI. “Kami menyelenggarakan program milik PKBM lain yang berdomisili di Kota karena kami belum bisa akses anggaran. Belum punya ijin operasional dari dinas” lanjutnya. Baginya tidak penting melaksanakan program untuk PKBM lain. “yang penting program itu untuk masyarakat kami. Gak penting pakai nama siapa” ungkapnya.

Ketiadaan legalitas, berupa ijin operasional, tidak lantas menjadi alasan untuk berputu asa. Meskipun itu merupakan salah satu syarat wajib untuk mengakses anggaran di kementerian. “Kami yakin masih banyak yang peduli. Dan banyak pula jalan yang masih tersembunyi” ungkapnya. Semangat inilah yang kemudian mengantarkannya untuk berkomunikasi dengan pendamping PNPM Mandiri – Respek.

“Pucuk Dicinta Ulampun Tiba”. Demikian kata pepatah. Tak disangka, ternyata gayungpun bersambut. Pemerintah Distrik dan Pendamping Distrik bersepakat untuk melaksanakan program PNPM melalui kegiatan pelatihan.

2016-08-01-anak-tiri-yang-peduli

(Tam)


     
  

Leave a Reply