
Jayapura (19/3) – Balai Guru Penggerak terus berinovasi meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mendukung pembelajaran yang berkualitas menuju Pendidikan bermutu untuk semua.
Salah satunya melalui kegiatan diskusi dan berbagi. Kegiatan yang digagas oleh para fungsional di UPT Kemendikdasmen di Ujung Timur Indonesia ini dilaksanakan secara intens. Ragam topik yang relevan dan kekinian menjadi pokok bahasan yang dibawakan secara bergantian. Salah satunya adalah terkait pembelajaran mendalam (Deep Learning).
Istilah deep learning kian popular setelah di gaungkan oleh Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Abdul Muti’i. Bahkan kian santer disebut-sebut sebagai sebuah kurikulum baru. Agar tidak muncul “kegaduhan” dan miss-konsepsi, Mendikdasmen pun menjelaskan bahwa deep learning adalah sebuah pendekatan.
Pendekatan ini bertujuan untuk merubah cara belajar yang selama ini terkesan mekanis dan berfokus pada hafalan menjadi lebih bermakna, reflektif, dan mindful. Dengan pendekatan ini, para siswa diharapkan tidak hanya belajar untuk menguasai materi, tetapi juga belajar memahami tujuan dari apa yang mereka pelajari, serta mengaitkannya dengan masa depan mereka, dan bagaimana menerapkannya dalam kehidupan nyata.
Menyelami Kedalaman Deep Learning


Konsep Deep Learning diperkenalkan oleh Marton dan Saljo Dario, Swedia sejak tahun 1976 dan terus berkembang sampai dengan saat ini seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pemanfaatan kecerdasan buatan (artificial intelligence/ AI) saat ini banyak didukung oleh deep learning.
Deep learning adalah cabang dari kecerdasan buatan (AI) dan machine learning yang memanfaatkan neural network multiple layer untuk menyelesaikan tugas dengan ketepatan tinggi. (Pengantar Dasar Deep Learning karya Rometdo Muzawi, 2024:29). Penerapan deep learning pada komputer memungkinkan untuk mengolah data serupa dengan cara kerja otak manusia.
Deep learning ditopang oleh tiga pilar, yaitu mindful learning, meaningful learning, dan joyful learning.
Mindful learning fokusnya adalah pada mengaktifkan, membangun, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik. Peserta didik distimulasi dengan masalah-masalah yang bersifat kontekstual dan diarahkan untuk menyelesaikan masalah secara kreatif.
Meaningful Learning mengajak siswa memahami alasan di balik setiap materi yang dipelajari. Sebagai contoh, guru menjelaskan manfaat konsep matematika dalam pengelolaan keuangan atau logistik. Pemahaman ini diharapkan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa.
Joyful Learning berfokus pada kepuasan dari pemahaman mendalam, tidak hanya menciptakan pengalaman belajar yang menyenangkan. Contohnya, guru mengadakan simulasi atau diskusi saat belajar sejarah agar siswa memahami konsepnya, bukan sekadar menghafal.
Guna lebih memahamkan dan persiapan penerapan deep learning yang tepat, BGP Papua melaksanakan kegiatan belajar mandiri dan berbagi. Seperti yang dilakukan pada Rabu (19/3) kemarin. Kegiatan yang dilaksanakan setiap hari kerja dengan format diskusi, “santai dan terarah” tersebut membahas pembelajaran inquiry (inquiry based learning). Pada kesempatan ini, diskusi diikuti oleh seluruh fungsional (WI dan PTP) serta beberapa tenaga structural.
Inquiry Based Learning (IBL) merupakan salah satu pendekatan deep learning selain pembelajaran berbasis proyek (project based learning/PBL), study kasus (case-study learning), simulasi kehidupan nyata, dan pembelajaran berbasis masalah (problem based learning).
“Hari ini kami mendiskusikan tentang pembelajaran inquiry, dan kemarin tentang discovery. Besok dan seterusnya akan membahas topik berbeda secara bergantian” ujar Yuslinah Nurdiyani, Widya Iswara BGP Papua.
Dengan pelaksanaan kegiatan ini, diharapkan akan diperoleh pemahaman yang paripurna. Sehingga akan mampu memberi dukungan dalam penerapannya pada pembelajaran di satuan-satuan Pendidikan.
#sobatbgp
#gtkhebat
#bgppapua
#ZIWBK
#papuahebatpapuacerdas
#sabisakakakbisatorangsemuabisa
(Tam)