BGP PAPUA – Arso (21/7): Kunjungan Kerja Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Balai Guru Penggerak Provinsi Papua kini memasuki hari kedua.
Agenda kunker balai yang mentasbihkan dirinya sebagai “rumah guru” tersebut di laksanakan di SMA Negeri 1 Arso, yang beralamat di Jl. Ketimun No. 1 Swakarsa, Kampung Asyaman, Distrik Arso, Kab. Keerom.
Kali ini, turut hadir Kepala Dinas Pendidikan Kab. Keerom: Drs. Stenly N. Moningka yang didampingi Kepala Bidang Pendidikan Dasar: Yosias Demetouw, SE.
Kepala BGP Papua: Fatkurohmah, M.Pd menuturkan, bahwa secara khusus, tujuan pelaksanaan kunker ini adalah untuk meluruskan miskonsepsi kurikulum merdeka, melihat kesiapan sekolah serta mengajak dan mendampingi pemanfaatan Platform merdeka mengajar.
“Tujuan kunker ini adalah selain untuk melihat langsung dan silaturahmi dengan sekolah ada lima poin penting yang harus kami laksanakan” ujarnya.
Tujuan tersebut yaitu:
- Memperkuat sinergi dan dukungan pemerintah daerah kepada sekolah yang mengimplementasikan Kurikulum Merdeka secara mandiri,
- Meluruskan miskonsepsi masyarakat terutama pemangku kepentingan terkait yaitu, guru, kepala sekolah, dinas pendidikan, pemerintah daerah, dan orangtua murid terkait Kurikulum Merdeka,
- Mengajak guru dan kepala sekolah untuk memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar dan Komunitas Belajar untuk mendukung implementasi Kurikulum Merdeka,
- Melihat kesiapan sekolah dalam mengimplementasikan Kurikulum Merdeka jalur mandiri, dan
- Memotret praktik baik atau tantangan penerapan praktik baik persiapan Implementasi Kurikulum Merdeka.
Selanjutnya, perempuan yang akrab disapa Ibu Fat tersebut juga memaparkan profil BGP Papua dan menjawab berbagai miskonsepsi terkait kurikulum merdeka.
“BGP Papua merupakan perubahan dari BPPAUD dan Dikmas Provinsi Papua sesuai dengan Permendikbudristek no. 14 tahun 2022” imbuh perempuan berkerudung tersebut.
Lebih jauh, perempuan yang pernah menjadi guru Matematika tersebut memaparkan berbagai miskonsepsi yang harus diluruskan.
Berbagai miskonsepsi yang berkembang di masyarakat, menurut perempuan berkerudung tersebut harus diluruskan. Menurutnya, minimal ada tiga poin penting yang harus diluruskan.
“Ada tiga kesalahan konsep dalam Implementasi Kurikulum Merdeka, yaitu satu: wajib melaksanakan Kurikulum Merdeka, dua: akan ada cascading bagi pelaksana Kurikulum Merdeka jalur mandiri, dan ketiga: interpensi Pemda dalam menentukan jalur mandiri pada Kurikulum Merdeka” lanjutnya.
Menurut Fatkurohmah, konsep yang benar terkait tiga hal tersebut adalah:
- Kurikulum Merdeka saat ini bukan merupakan keharusan atau kewajiban, namun sebuah pilihan yang dapat disesuaikan dengan kondisi kesiapan satuan pendidikan. Kurikulum Merdeka merupakan salah satu strategi untuk memulihkan pembelajaran.
- Pendekatan Implementasi Kurikulum Merdeka jalur mandiri bukan dengan pemberian bimbingan teknis berjenjang (cascading), namun melalui pemberdayaan komunitas belajar dan pemanfaatan platform merdeka mengajar
- Dalam menentukan pilihan jalur mandiri, Pemerintah Daerah/ Dinas Pendidikan tidak perlu memaksakan satuan pendidikan untuk memilih jalur tertentu, namun Pemda/ Dinas perlu mendorong satuan pendidikan melakukan refleksi sesuai dengan kondisi dan kesiapan satuan pendidikan masing-masing.
Sementara dalam sambutannya, Kepala Dinas Pendidikan menyatakan bahwa Pemerintah Daerah memberikan perhatian dan dukungan penuh terhadap implementasi kurikulum merdeka.
“Pemerintah daerah sangat mendukung kegiatan kurikulum merdeka. Semua kegiatan terkait hal ini, harus dilaporkan kepada Bapak Bupati” ujar Stenly.
Lebih jauh, lelaki kelahiran 1966 tersebut juga menyampaikan bahwa Pemerintah Daerah kedepan, setelah prioritas infrastruktur akan beralih kepada pendidikan.
“Tahun depan kita akan fokus pada bidang pendidikan dan penerapan kurikulum merdeka akan menjadi salah satu prioritas” tambahnya.
MEMILIH MANDIRI BERUBAH
SMA Negeri 1 Arso Kab. Keerom merupakan sekolah yang akan menerapkan kurikulum merdeka melalui jalur mandiri dengan pilihan Mandiri Berubah.
Menurut Kepala SMAN 1 Keerom, Rosfine W. N. Patty, S.Pd, M.M.Pd, mandiri berubah menjadi pilihan karena pihaknya merasa tidak cukup hanya belajar.
“Implementasi Kurikulum Merdeka menawarkan tiga pilihan, yaitu mandiri belajar, berubah dan berbagi. Kami memilih Mandiri Berubah, karena bagi kami, belajar saja tidak cukup. Kita harus siap untuk berubah” ungkapnya berapi-api.
Tak pelak, semangat ini membuat pihaknya terus mencari informasi dan ilmu.
“Kami sampai harus mengirim guru kami mengikuti kegiatan sekolah Penggerak di Kota Jayapura, meskipun menggunakan biaya sendiri” lanjut perempuan yang akrab disapa Ibu Ros tersebut.
Lebih jauh, ibu Ros memaparkan tema Penguatan Profil Pelajar Pancasila yang ditetapkan sebagai projek di satuan pendidikan yang dipimpinnya.
“Kami mengambil tiga tema dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), yaitu kewirausahaan, suara demokrasi dan gaya hidup berkelanjutan” ungkapnya.
Untuk kewirausahaan, pihaknya akan mengembangkan perkebunan hingga pengolahan jagung.
“Ini karena sejalan dengan program pemerintah yaitu budidaya jagung” lanjut perempuan kelahiran 1980 tersebut.
“Untuk kewirausahaan, ada pembelajaran reguler dan setelahnya ada P5. Kami siapkan lahan untuk ditanami jagung sebagai projek profil pelajar Pancasila yg sejalan dengan prioritas pembangunan di Kab. Keerom. Mulai dari pengolahan lahan, penanaman, panen, pengolahan hasil panen dan penjualan. Kami berharap bupati bisa hadir saat panen nanti” pungkasnya
PMM SEBAGAI SUMBER BELAJAR KURIKULUM MERDEKA
“Penerapan kurikulum ini, tidak harus semua sekaligus. Mari kita belajar sambil melakukan” ujar Fatkurohmah.
Hal ini dikatakannya untuk menanggapi pertanyaan dari peserta. Menurutnya, penting untuk terus belajar sembari melakukan.
“Belajar harus melakukan. Tanpa itu, sulit untuk memahami” ungkapnya.
Oleh karena itu, Kepala BGP yang dilantik pada Bulan Mei tersebut mengajak semua pihak untuk terus berkomunikasi dan memanfaatkan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Mari Bapak/Ibu semua, jangan ragu untuk berkomunikasi dengan kami dan manfaatkan Platform Merdeka Mengajar sebagai sumber belajar” ujarnya.
“Kami ingin mengabdikan diri sebagai rumah yang nyaman bagi seluruh guru, honai bagi pendidik dan tenaga kependidikan. Karenanya, jangan ragu datang dan berkunjung ke kantor kami” pungkas Kepala Balai yang berkantor di Jalan Bumi Perkemahan (Buper) Waena, Kota Jayapura tersebut. (Tam).