L,M,Arifin, S.Pd.,M.A.
- Keharusan
Keluraga merupakan unit terkecil dalam masyarakat berperan sebagai pendidik pertama dan utama bagi putra dan putri harapan bangsa. Disebut sebagai pendidik pertama karena pertama kali yang bersentuhan langsung dengan anak adalah orangtua (ibu). Sejak mulai dalam kandungan janin mendapat kankasih sayang dari orangtua terutama sang ibu. Dengan senang hati dan ketelatenan ibu, janin dalam Rahim tumbuh dan berkembang karena mendapatkan perhatian dan kasih sayang dari sang ibu, sampai kemudian janin lahir orangtualah yang pertama kali menyapa dengan senyum bahagia. Perlahan bayi tumbuh dan besar menjadi anak bahkan remaja semua dibawah pengasuhan orangtua. Anak mendapatkan informasi awal tentang berbagai hal oleh orangtua samapai kemudian anak memasuki usia sekolah.
Keluarga (orangtua ) wajib menjadikan suasana bermain anak bahagia Orangtua juga menyandang predikat pendidik utama hal ini menunjukan betapa besar peran orangtua dalam keluarga semua kegiatan belajar anak dapat dikendalikan oleh keluarga dengan memerankan fungsi edukasi, orangtua lebih paham walaupun sesungguhnya terbatas ( dibanding dengan profesi lainnya orangtua merupakan profesi yang paling tidak tersiapkan) pengetahuan tetaplah orangtua selalu menjadi orangtua yang harus pintar agar dapat mendidik dan mengasuh anaknya sesuai dengan dengan yang diharapkan
- Tantangan Pengasuhan Positif
Pengasuhan positif pada dasarnya adalah pengasuhan berdasarkan kasih sayang, saling menghargai, membangun hubungan yang hangat antara anak dan orang tua, serta menstimulasi tumbuh kembang anak. Pengasuhan yang menggunakan pendekatan dengan mengedepankan peng- hargaan, pemenuhan dan perlindungan hak anak, juga mengedepankan kepentingan terbaik anak. Upaya untuk memberikan lingkungan yang bersahabat dan ramah sehingga anak dapat tumbuh dan berkembang dengan optimal. Pengasuhan sangat erat tisiannya dengan pola asuh, pola asuh sangat dipengaruhi karakter pribadi maupun latar belakng sosial budaya serta nilai dan tradisi keluarga karenanya pola asuh layaknya dilakukan oleh orangtua sebagai bentuk kasih sayang orangtua pada sang buah hati. Pola asuh adalah proses interaksi antara orang tua dan anak dalam mendukung perkembangan fisik, emosi, sosial, intelektual, dan spiritual sejak anak dalam kandungan sampai dewasa. Bila ihwal pola asuh terlaksa maka dipastikan tumbuh kembang anak akan lebih optimal. Masalahnya adalah dalam keluarga terjadi perbedaan pandang dan menerjemahkan pelaksnaan pengasuhan antara ayah dan ibu, yang biasa diaminkan oleh anak tertua, bila sang ayah pendapatnya tentang sesuatu menguatkan anak sebaliknya ibu justru tidak hal biasa membuat anak bimbang dan cenderung mencari pembenaran sesame teman sebaya.Ini merupakan tirisan utama lahirnya model dengan pengasuhan dan pola asuh negative secara teori tidak satupun orangtua yang ingin disebut sebagai pengasuh anak dengan pola asuh negative akan tetapi dalam kenyataan hal ini sangat banyak orangtua yang menerapkan cara mendidik anak dengan komunikasi yang kasar,seperti halnya dicontohkan diatas, pola asuh yang kurang tepat serta pengasuhan yang kurang mendukung pertumbuhan anak secara positif dan optimal. Ironis tantangan pengasuhan sering muncul dari dalam keluarga bahkan oleh orang terdekat anak seperti (ibu, ayah, bibi,paman, Nenek dan kakek). Hal ini diakibatkan oleh kurangnya pemahaman orangtua terkait pola asuh yang positif, dan juga dipengaruhi oleh karakter serta budaya dan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat serta pergaulan anak diluar rumah.
Tantangan lain adalah perbedaan memahami konteks mengenai tanggung jawab, antara ayah dan ibu dalam keluarga tertentu menjadi urgen membicarakan masalah tugas pengasuhan, sering terjadi saling menyalahkan antara ayah dan bunda.Pengaruh media juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap pengasuhan positif di dalam keluarga, diantara yang menonjol adalah anak lebih mendengar apa yang di tayangkan oleh media dari pada apa yang di nasehatkan oleh orangtua, Dengan situasi ini orangtua memerlukan injeksi baru berupa menu-menu menidik anak diera digital dan car mengasuh anak secara positif.
Setiap keluarga memiliki cara mendidik anak dalam menumbuhkan budi pekerti dan mendukung prestasinya. Orang tua perlu terus belajar meningkatkan kemampuan pengasuhan agar sesuai dengan kebutuhan usia anak dan perkembangan zaman. Cara-cara yang baik tentu perlu terus dilanjutkan. Namun, cara pengasuhan yang tidak sesuai dengan perkembangan zaman maupun teori pendidikan dan pengasuhan yang benar harus diubah. Oleh karena itu, orang tua perlu terus belajar. Niat baik harus dilakukan dengan cara-cara yang baik pula. Mari kita siapkan dan bantu generasi penerus kita untuk meraih cita-cita dan kepentingan terbaik mereka.
Harus orangtua menyadari bahwa anak bukanlah orangtua sehingga membutuhkan pendekatan pengasuhan sesuai dengan pertumbuhan dan perkembangannya. Kebiasaan dalam keluarga selalu nenjadi kendala utama dalam pengasuhan tetapi sebaliknya keadaan di rumah juga dapat memberi ruang yang sangat positif bagi keberlangsungan artinya seluruh proses hidup anak dari sejak lahir hingga anak menginjak usia dewasa melakukan plagiasi sikap dari orangtua sebagai orang terdekat anak. Bila wahana plagiasi berbentuk positif maka dapat kita berharap anak akan mewarisi sikap dan perilaku yang baik dan sebaliknya bila meniru laku yang kurang baik maka perkembangan anak selanjutnya akan mengalami kekurangan dalam hal bermodel dengan peraga yang keliru. Contoh kasus adalah bila orangtua antara Ayah dan Bunda selalu bertentangan cara berfikirnya akan menjadikan anak tidak memiliki ketegasan alias tak berpendirian tetap. Semoga pola asuh yang dipertontonkan adalah sebaik-baiknya cotntoh untuk masa depan yang gemilang anak-anak.
- Ajarkan, Contohkan, dan Biasakan
Untuk mencegah pola asuh yang negative dalam keluarga maka orangtua ayah dan ibu seharusnya menyepakati alur pengasuhan dan memiliki komitmen untuk menjadikan diri mereka sebagai pusat contoh (role model) bagi anak. Prinsip Ajarkan, contohkan dan biasakan karena Anak merupakan ahli dalam hal meniru, sehingga anak usia 2 tahun sekalipun dapat meniru apa yang diucapkan dan bahkan dilakukan oleh dewasa lainnya yang dilihat beberapa waktu kemudian. Mengasuh anak melalui cara mengajarkan, dalam kerangka transfer untuk membentuk pengetahuan pada anak, Bila sudah diajarkan dan sudah diketahu oleh anak maka selanjutnya adalah mencontohkan agar anak memiliki kemampuan melaksankan maka orang tua patut memberikan contoh dan teladan dan kehidupan keseharian hal ini bertujuan agar pengetahuan yang telah diperoleh anak melalui belajar dapat dilaksanakan melalui praktek yang dicontohkan oleh orang tua. Selanjutnya membiasakan karakter yang sudah mulai tumbuh dapat menjadi kebiasaan baik melalui pembiasaan oleh orang tua. Semua proses pengasushan dapat merujuk dan memperhatikan tumbuh kembang anak, agar anak dapat bertumbuh secara normal maka orangtua baiknya memberikan anak contoh dengan perbuatan sebab bila hanya dengan kata-kata, anak cenderung abai dan lalai karena kata kata mudah dilupakan oleh anak, tetapi bila perbuatan dilakukan dengan tujuan yang melejitkan kemampuan belajar anak maka anak akan dengan mudah dapat melakukan sesuatu yang dilakukan orangtua. Disini letak pentingnya orang tua mengasuh dengan cara mengajarkan, mencontohkan dan membeisasakan praktek baiak pada anak melalui perbuatan secara bukan hanya dengan kata-kata lisan(teori)
* Widyaprada Balai Pengembangan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat ( BP PAUD dan DIKMAS) Papua