Kegiatan Rapat Koordinasi Daerah Implementasi Kebijakan Kemdikbudristek tahun 2022 masih berlanjut.
Hari ini dilakukan secara daring dengan materi Asesment Nasional (AN) dan Kebijakan Pembelajaran Paradigma Baru.
Secara daring, kebijakan AN disampaikan oleh Pak Putra, dari Pusat Asesmen dan PembelajaranKemdikbudristek. Kesempatan ini digunakan oleh peserta untuk menyempatkan “keluh-kesah” maupun beragam permasalahan AN yg dihadapi di daerah.
Selanjutnya, pada topik Pembelajaran Paradigma Baru, disampaikan oleh Nasruddin, dari Direktorat Guru PAUD dan Dikmas, Ditjen GTK Kemendikbudristek. Kegiatan ini juga dilaksanakan secara daring.
Dalam kesempatan ini, Nasrudin menyampaikan berbagai pilihan kurikulum dalam pembelajaran paradigma baru sesuai Kepmen no. 56 tahun 2022 tentang Pedoman Penerapan Kurikulum dalam Rangka Pemulihan Pembelajaran, yaitu
- Penerapan Kurikulum 2013 secara utuh,
- Penerapan Kurikulum 2013 yang disedehanakan, dan
- Kurikulum merdeka.
Menurut Nasrudin, pilihan penerapan Kurikukum 2013 yang disederhanakan kedepan tidak akan ada lagi. “K13 yg disederhanakan adalah untuk kepentingan pembelajaran darurat di masa pandemi sehingga nanti ketika sudah tidak ada lagi covid-19, bisa jadi pilihan ini sudah tidak ada” ujarnya.
Selain itu, Nasrudin juga menekankan pentingnya kualitas kepemimpinan satuan pendidikan. Menurutnya, pemimpin satuan pendidikan harus juga memahami pembelajaran selain peneglolaan. “Kepala satuan harus juga memahami karena dia yang akan memimpin guru, menjalin kemitraan dan semua hal. Karena bisa jadi guru sudah mampu mengajar dengan baik, namun karena ketiadaan kualitas kepemimpinan, sehingga seolah-olah jadi Sia-sia” ujarnya.
Pembelajaran paradigma baru, terkhusus PAUD, menurut Pak Nas, Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STPPA), diganti menjadi Elemen Capaian Perkembangan (CP). “Di dunia ini, yang abadi hanyalah perubahan. Namun perubahan kearah yang lebih baik, bukan mengganti hal baru seluruhnya” ujarnya
Menurut Pak Nas, salah satu elemen yang baru dalam Pembelajaran Paradigma Baru adalah penambahan Elemen Capaian Nilai-nilai Pancasila. Salah satu alasannya adalah karena tujuan pendidikan Indonesia yang menekankan pada pencapaian Profil Pelajar Pancasila. “Untuk memperkuat pencapaian Profil Pancasila, sehingga muncullah elemen ini pada kurikulum merdeka di PAUD” ujarnya.
Pak Nas juga menekankan pentingnya kemitraan PAUD dengan orang tua. “Orang tua juga adalah pendidik, guru utama dan pertama” ungkapnya. Sehingga dirinya berharap, peran serta orang tua betul-betul dapat dimaksimalkan untuk untuk mendukung perkembangan anak.
“Peran Dinas, Kepala-kepala Bidang sangat penting disitu.” Lanjutnya. Karena, menurutnya, orang tua tidak bisa langsung ke orang tua, ke dinas lain dan sebagainya.
PAUD selanjutnya disebut sebagai fase pondasi dan akan dilanjutkan dengan fase A di sekolah dasar. “Jadi nanti di SD itu,!terutama kelas-kelas awal, nuansanya adalah nuansa PAUD” ujarnya. “Jika di sekolah istilahnya Merdeka Belajar, maka di PAUD istilahnya Merdeka Bermain” pungkas Nasrudin.*
(Tam)