(Sentani, 07/10) – Tingginya angka buta aksara di Papua, mendapat perhatian serius dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI. Hal ini terbukti dengan dilaksanakannya kunjungan kerja Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, prof. DR. Drs. Muhadjir Effendy, M.AP ke Provinsi Papua.
Dalam kunjungan yang didampingi Direktur Pembinaan Pendidikan Keaksaraan dan Kesetaraan (Bindiktara), DR. Erman Syamsuddin, SH, M.Pd tersebut, mendikbud RI mengunjungi Kabupaten Merauke, Kabupaten Jayapura dan Kabupaten Lanny Jaya. Erman menjelaskan, kunjungan menteri yang menjabat sejak 27 Juli 2016 tersebut di Merauke, adalah untuk sosialisasi Program Indonesia Pintar (PIP) dan melihat penyelenggaraan program keaksaraan dasar dan kesetaraan. Sementara di Jayapura adalah untuk pencairan Program Indonesia Pintar dan Penguatan Program Pendidikan Karakter. “Dan besok akan dilanjutkan di Kabupaten Lanny Jaya” ungkapnya.
Erman mengatakan, bahwa di Lanny Jaya akan dilaksanakan pencanangan Gerakan Indonesia membaca. “Gerakan Indonesia Membaca untuk Provinsi Papua dipusatkan di Lanny Jaya” ujarnya. Lelaki yang pernah menjabat Direktur Pembinaan PAUD (2010-2015) ini, juga mengutarakan, bahwa tujuan Gerakan Indonesia Membaca adalah untuk membiasakan masyarakat untuk belajar. “Jadi membaca, bukan hanya membaca buku tetapi juga belajar, mencari pengetahuan dan saling berbagi untuk menambah pengetahuan” ujar lulusan Universitas Andalas Padang tersebut.
Mantan Direktur Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Nonformal tahun 2010 itu juga mengungkapkan, bahwa PAUD dan Dikmas harus mampu tampil sebagai solusi. PAUD dan Dikmas harus mampu menjangkau jauh kedalam, kepinggir dan ke daerah-daerah yang membutuhkan. PAUD dan Dikmas tidak boleh hanya berkutat pada daerah-daerah terdekat. “Contohnya melalui program keaksaraan dasar dan kesetaraan. jangan hanya melayani kulit-kulitnya” ungkapnya.
Terkait tingginya angka tuna aksara, Erman menegaskan perlunya komitmen bersama. “Kita harus bersungguh-sungguh membangun komitmen dan semakin lama harus semakin banyak sasaran yang kita jangkau” ungkapnya. Dia berharap kedepan tidak ada lagi masyarakat yang buta aksara.
Untuk Program Indonesia Pintar di Papua, Erman mengakui, bahwa Papua memiliki keunikan tersendiri. Dia mencontohkan dengan kejadian di Merauke. Menurutnya, keunikan di Papua adalah banyak sasaran yang justeru tidak terdata “Di Papua ini unik. Kalau di Jawa atau Sumatera banyak nama tapi ketika dicari orangnya sulit sekali. Sementara di Papua, orangnya banyak sekali, tetapi ketika dicari namanya, justru tidak ada” kelakarnya. Menurutnya, keunikan tersebut terjadi karena kendala pendataan awal. Dia mengakui bahwa masyarakat yang membutuhkan layanan Kartu Indonesia Pintar di Provinsi ujung timur Indonesia ini, sangat banyak. “Kalau pendataannya telah kita sempurnakan, semoga nanti kita bisa menjangkau semua” katanya. “Kedepan kita coba atur, bagaimana strateginya sehingga porsi di Papua bisa lebih banyak” lanjutnya mengakhiri.
(Tam)