Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan (Ditjen GTK) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), melalui Balai Guru Penggerak (BGP) Provinsi Papua melakukan “coaching clinic” pendampingan Satuan Pendidikan.

Kegiatan yang dilaksanakan dengan turun langsung ke Satuan Pendidikan (sekolah) ini dilakukan untuk mendorong pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM) dalam Implementasi Kurikulum Merdeka melalui jalur mandiri.

Pendampingan kepada semua jenjang pendidikan, mulai PAUD, SD, SMP hingga SMA dan SMK ini, diagendakan akan berlangsung dari 5 hingga 12 Agustus 2022 dengan Lokus sasaran di Kabupaten dan Kota Jayapura.

Menurut Tri Fatchur Rohman, S.Pd, M.Pd, Widyaprada Ahli Muda BGP Papua, hal ini dilakukan karena rendahnya dashboard pemanfaatan PMM di wilayah Papua.

“Secara Nasional sudah 90%. Namun kita masih dibawah itu” ungkapnya.

Lebih jauh, Fatchur menuturkan bahwa kegiatan ini juga dimanfaatkan untuk sosialisasi BGP Papua.

“Kegiatan kita awali dengan Sosialisasi BGP, krn masih banyak yg mengira kita LPMP” ujarnya.

BGP Papua sebelumnya bernama BPPAUD dan Dikmas Provinsi Papua yang bertransformasi sesuai Permendikbud no. 14 tahun 2022 tentang Tata Kerja BBGP dan BGP.

MENYASAR SEMUA JENJANG PENDIDIKAN

Kegiatan pendampingan pemanfaatan PMM ini dilakukan mulai dari instalasi, login hingga pemanfaatan fitur-fitur aplikasi.

“Kegiatan ini bukan hanya pemanfaatan fitur, tapi kita mulai dari instalasi bahkan koordinasi akun pembelajaran atau akun belajar.id” ujar fatchur.

Hal ini menurutnya, dilakukan karena masih banyak guru dan tenaga kependidikan (GTK) yang belum memiliki akun pembelajaran.

“Banyak yang belum mengetahui, memiliki ataupun lupa password akun belajar.id” ungkapnya.

Pendampingan ini akan dilakukan pada semua jenjang pendidikan di Kabupaten dan Kota Jayapura. Fatchur mengungkapkan, sasaran pendampingan kali ini sekira 200 satuan pendidikan.

“Yang menjadi sasaran kita adalah satuan-satuan yang sudah memiliki Kepala Sekolah atau guru yang sudah login namun belum memanfaatkan PMM” ungkapnya.

KENDALA PEMANFAATAN PMM DI TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

Kegiatan yang melibatkan seluruh pegawai BGP Papua tersebut dilaksanakan bukan sekedar pendampingan. Melainkan juga untuk menemukan kendala sekaligus memberikan solusi atas beragam persoalan yang ditemukan terkait pemanfaatan PMM oleh Satuan Pendidikan.

Hal tersebut sebagaimana diungkapkan oleh Roni, S.H., M.Pd. Widyaprada Ahli Pertama BGP Papua. Dirinya mengaku menemukan beragam permasalahan dalam pemanfaatan PMM.

Antara lain:

  1. Banyak status guru-guru baru jadi belum punya akun belajar.id
  2. Hanya sedikit guru dan Kepala Sekolah yg sudah instal PMM, sedangkan untuk eksplorasi fitur belum dilakukan karena masih bingung memulai dari mana, dan
  3. Merasa belum siap untuk menerapkan Kurikulum Merdeka karena belum memahami sepenuhnya, jadi di tahun ajaran baru ini belum di coba diterapkan.

“Disekolah ini, saya temukan dua orang belum punya akun dan dua orang sudah punya tapi lupa password. Yg lupa password sudah kami komunikasikan untuk direset” ujarnya.

Lebih jauh, Roni menjabarkan rangkaian kegiatan yang dilaksanakannya.

“Selanjutnya kami lakukan Coaching Clinic pemanfaatan PMM bagi Kepsek dan guru yg sudah punya akun pembelajaran” lanjutnya.

Aktivitas pemanfatan PMM yang dilakukannya antara lain: Login, update versi, menonton bideo inspirasi, eksplorasi fitur pelatihan mandiri hingga selesai post tes dan aksi nyata.

“Kami lakukan eksplorasi fitur bukti karya hingga memberikan umpan balik pada bukti karya yg sudah di bagikan” pungkasnya.

TANGGAPAN SATUAN PENDIDIKAN

Kegiatan yang terlaksana sejak awal Agustus ini mendapat sambutan positif dari Satuan Pendidikan.

Satuan Pendidikan memberikan apresiasi dan harapan terhadap kegiatan tersebut.

Hal tersebut seperti diungkapkan oleh Dwi Kresnawati, salah seorang Guru di TK Pelita, Waena. Menurutnya, kegiatan seperti lah yang diperlukan satuan.

“Sangat baik karena membantu guru untuk dapat memberikan pembelajaran kepada anak secara lebih baik” ujarnya.

Dwi juga berharap agar kegiatan sejenis dapat terus dilaksanakan guna mendukung satuan agar dapat menerapkan kurikulum merdeka secara benar.

“Kegiatan seperti ini yang kami perlukan, karena kami dijelaskan secara lengkap dan diajarkan secara langsung” lanjutnya.

Dirinya mengaku, pihaknya sudah pernah mengikuti IHT terkait Implementasi Kurikulum Merdeka dan Platform Merdeka Mengajar. Namun menurutnya, kegiatan tersebut tidak maksimal.

“Kami pernah mengikuti IHT, namun penjelasannya belum lengkap sehingga kami masih bingung. Untung ada kegiatan ini sehingga kami sudah lebih faham” pungkasnya.

(Tham)


     
  

Leave a Reply