Oleh: Tri Fatchur Rohman, S.Pd (Widiyaprada BP PAUD dan Dikmas Papua).
Konsepsi kesejahteraan manusia dan sebuah bangunan keluarga juga sangat bertalian erat dengan kemampuan finansial atau keuagan yang dimiliki. Kemampuan finansial yang di maksudkan bukan hanya sekedar pada kemapuan bagaimana untuk mendapatkan pendapatan yang cukup melainkan juga kemapuan dan kecakapan bagaimana untuk mengelola finansial secara bijak dan tepat. Pengelolaan finansial mempunyai urgensi dan signifikansi dalam menetukan tingkat kesejahteraan seseorang dan keluarga. Kesulitan dalam finansial keluarga bisa datang dari pengetahuan finansial yang tidak memadai dan berhubungan dengan kesehatan individu dan keluarga mereka secara fisik, ekonomi dan psikologis. Kondisi lain yang dapat meningkatkan beban finansial keluarga yaitu keputusan ekonomi untuk meningkatkan utang konsumen dan resiko kebangkrutan dan pengelolaan finansial yang tidak bijak.
Kondisi dunia yang semakin terkoneksi antara negara satu dengan negara lainnya menjadikan goncangan perekonomian di suatu negara akan berpengaruh pada perekonomian negara lainnya. Hal tersebut menjadikan resiko akan terjadinya krisis ekonomi dan finansial menjadi semakin besar. Sejalan dengan hal tersebut, literasi finansial pada Anak sejak usia dini dalam hal ini kecakapan dan kemampuan pengelolaan finansial menjadi sangat penting baik itu untuk diterapkan pada kehidupan sehari-hari ataupun untuk digunakan dalam menghadapi situasi-situasi krisis yang bisa terjadi setiap saat. Kemapuan pengelolaan finansial juga sangat diperlukan untuk mempersiapkan kebutuhan-kebutuhan manusia di masa yang akan datang. Untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan antara lain kebutuhan sehari-hari, kebutuhan akan kesehatan, kebutuhan pendidikan anak serta kebutuhan jaminan di hari tua sangat diperlukan sebuah pengelolaan finansial yang matang dan terencana.
Beberapa kajian telah menemukan bukti bahwa sikap individu terhadap finansial terkait dengan kebiasaan mereka belanja, praktek finansial, dan perilaku. Hal tersebut identik dengan kebiasaan masyarakat, khususnya di Indonesia yang masih cenderung memeiliki budaya konsumtif serta mempunyai kebiasaan berbelanja dan mengalokasikan uang mereka untuk hal-hal yang bersifat jangka pendek. Selain itu, kebiasaan masyarakat Indonesia dalam melakukan aktivitas konsumsi biasanya melakukan pembelian barang berdasarkan atas dasar keinginana, kesukaan dan ketertarikan terhadap model barang yang terlihat menarik, melakukan pembelian barang tanpa adanya perencanaan, membeli barang atas pertimbangan harga serta tidak mempertimbangkan manfaat maupun kegunaan, membeli barang dengan harga yang mahal atau barang dengan merek ternama akan menimbulkan rasa percaya diri yang tinggi, membeli barang dengan jenis sama namun dari merek yang berbeda, membeli barang demi menjaga penampilan diri dan gengsi, serta membeli barang untuk menjaga simbol status.
Dilihat dari pentingnya pengetahuan yang mendalam tentang literasi finansial membuat pendidikan literasi finansial sangat diperlukan untuk mendidik manusia yang sadar dan faham tentang bagaimana cara mengelola finansial secara bijak dan sesuai dengan kebutuhan. Pendidikan literasi finansial harus diberikan sedini mungkin kepada anak terutama anak pada usia pra sekolah dan sekolah dasar, karena dengan pengenalan terhadap pengetahuan literasi finansial sejak dini akan membuat anak terbiasa mengelola finansial dengan baik dan benar dimasa yang akan datang. Di Indonesia pendidikan literasi finansial masih menjadi sesuatu yang sangat jarang dilakukan. Baik di lingkup keluarga ataupun sekolah, pemberian pendidikan tentang literasi finansial masih belum dilakukan secara serius dan terencana. Dalam budaya masyarakat kita, adalah tabu membicarakan segala sesuatu tentang uang di hadapan anak. Itulah mengapa pengetahuan, sikap, dan ketrampilan tentang kesehatan finansial keluarga tidak mendapat porsi pada kurikulum pendidikan dasar dan menengah, bahkan pada tingkat perguruan tinggi. Oleh karena itu, muncul pandangan bahwa literasi finansial bukan merupakan kecakapan hidup (life skills) yang harus dibekalkan kepada anak.
Pendidikan literasi finansial pada anak bukan sekedar pada pengenalan uang, namun lebih jauh pendidikan literasi finansial pada anak adalah sebuah konsep tentang pengenalan pengelolaan finansial secara bijak dan mampu mengontrol pengeluaran finansial dengan membedakan mana yang menjadi kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keingninan. Pengenalan tentang perbedaan antara kebutuhan dan keingninan pada anak akan membuat anak terbiasa dengan pengendalian diri dalam pengeluaran uang. Seoarang anak perlu untuk memiliki pengetahuan dan keterampilan dasar untuk membuat keputusan pribadi yang penting bagi dirinya namun sayangnya, pengetahuan dan keterampialn dasar tersebut jarang sekali mereka dapatkan baik dari keluarga ataupun sekolah. Hal tersebut membuat anak tumbuh tanpa bekal yang cukup mengenai pengetahuan tentang pengelolaan finansial sehingga kelak bisa berakibat pada kesehatan finansial pribadi ataupun keluarga mereka. Setiap manusia memiliki siklus hidup sehingga apa yang dilakukannya akan menjadi penentu kesejehteraan di masa depan. Dengan kata lain, kesejahteraan di masa depan merupakan fungsi dari masa lalu. Salah satu bentuk kesejahteraan adalah berhasil mencapai kebebasan finansial dalam hidup. Untuk berhasil mewujudkannya membutuhkan pendidikan finansial supaya nanti setelah dewasa, anak-anak akan cerdas dan mahir mengelola uang untuk akumulasi aset finansial
Mengajarkan pendidikan literasi finansial pada anak, perlu kerjasama dan sinergi dari berbagai pihak agar pendidikan finansial benar-benar terinternalisasi pada pola fikir serta dapat termanifestasi pada perilaku anak sehari-hari. Keluarga merupakan sumber pertama yang harus mengenalkan pada anak tentang bagaimana cara mengelola finansial dengan baik. Selanjutnya adalah pihak sekolah, sekolah sebagai tempat dimana anak belajar dan mengenal berbagai macam hal baru serta dimana anak mendapatkan pengalaman-pengalaman baru juga harus memberikan edukasi-edukasi yang baik tentang pengelolaan finansial.
Literasi dapat diartikan sebagai proses sosial yang dibangun. Proses literasi
berfokus pada pembelajaran interaksi antara orang dewasa (apakah orangtua di rumah atau guru di kelas) dan siswa. Pendidikan literasi finansial dapat diartikan sebagai sebuah pemahaman yang komprehensif serta mendalam tentang pengelolaan finansial pribadi ataupun keluarga yang membuat seseorang mempunyai kuasa, pemahaman dan keyakinan penuh terhadap keputusan finansial yang diambil. Pendidikan literasi finansial adalah kemampuan membaca, menganalisis, mengelola, dan berkomunikasi tentang kondisi finansial pribadi yangmempengaruhi kesejahteraan materi. Literasi finansial mencakup kemampuan untuk memilah kebutuhan finansial, membahas tentang permasalahan finansial, merencanakan masa depan, dan menanggapi dengan bijak untuk peristiwa kehidupan yang mempengaruhi keputusan finansial sehari-hari, termasuk peristiwa dalam perekonomian secara umum. Pendidikan literasi finansial sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia, dalam berbagai kasus menunjukkan bahwa ketepatan dalam pengambilan keputusan finansial sangat menentuka pada kesejahteraan manusia di masa yang akan datang maka manusia perlu dibekali dengan pendidikan literasi finansial yang baik dan terencana.
Pendidikan finansial diartikan sebagai proses membangun kemampuan yang mana konsumen atau pun investor memperbaiki pemahaman tentang produk-produk serta konsep finansial melalui informasi, instruksi dan nasihat untuk mengembangkan keahlian serta kepercayaan diri dan kesadaran terhadap risiko finansial serta meningkatkan peluang membuat keputusan finansial yang cerdas, mengetahui kemana sebaiknya meminta bantuan finansial, dan mampu membuat tindakan akternatif untuk meningkat kesejahteraan. Literasi finansial dapat dikatakan sebagai sebuah pemahaman yang komprehensif tentang berbagai resiko yang akan terjadi ketika sebuah keputusan finansial diambil. Sehingga seseorang dengan pengetahuan finansial yang baik akan dapat mengambil keputusan yang berkaitan dengan finansial secara bijak. Hal itu sejalan dengan pendapat yang menyatakan literasi finansial adalah kemampuan seseorang untuk mendapatkan, memahami, dan mengevaluasi informasi yang relevan untuk pengambilan keputusan dengan memahami konsekuensi finansial yang ditimbulkannya. Maka dari itu begitu pentingnya pendidikan literasi finansial diajarkan kepada seseorang sedini dan sebaik mungkin.
Pengetahuan literasi finansial merupakan bagian dari pengetahuan finansial itu sendiri. Literasi finansial mempunyai esensi yang lebih mendetail dibandingkan dengan pengetahuan finansial secara umum. Pengetahuan finansial merupakan dimensi yang tidak terpisahkan dari literasi finansial, namun belum dapat menggambarkan literasi finansial seseorang. Literasi finansial memiliki dimensi aplikasi tambahan yang menyiratkan bahwa seseorang harus memiliki kemampuan dan kepercayaan diri untuk menggunakan pengetahuan finansialnya untuk membuat keputusan. Dalam hal ini pembuatan keputusan yang baik merupakan hal pokok dari literasi finansial itu sendiri. Ekonomi merupakan suatu ilmu yang menyeimbangkan antara kebutuhan dengan pendapatan. Maka dari itu pengambilan keputusan merupakan suatu hal yang sangat vital dalam pengelolaan ekonomi khususnya pengelolaan finansial.
Dewasa ini pendidikan tentang literasi finansial sudah menjadi perhatian dibeberapa negara. Hal tersebut dikarenakan kesadaran yang semakin nyata akan korelasi anatara kemapuan tentang pengelolaan finansial dengan kesejahteraan manusia dan sebuah negara. Kejadian yang berkaitan dengan kesalahan pengelolaan finasial misalnya laporan dari utang kartu kredit yang tinggi, tingkat tabungan yang rendah dan negatif, dan peningkatan kebangkrutan pribadi menyebabkan banyak negara untuk mengadopsi kebijakan pendidikan finansial. Di Indonesia belakangan juga sudah mulai gencar dilakukan sosialisasi tentang pendidikan literasi finansial yang dilakukan oleh pihak atau lembaga-lembaga terkait antara lain Otoritas Jas finansial (OJK), Bank Indonesia, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan, dsb. Hal tersebut dikarenakan, pendidikan literasi finansial yang diberikan sedini mungkin akan sangat membantu seseorang kelak ketika dewasa dalam pengelolaan dan pembuatan keputusan tentang finansial mereka. Ketidak fahaman tentang literasi finansial akan sangat berpengaruh terhadap kesehatan finansial seseorang. Hal tersebut terlihat dari penelitian yang dilakukan oleh Chen dan Volpe (1998) yang menemukan bahwa pemuda dengan tingkat pengetahuann akan literasi finansial yang kurang baik cenderung mempunyai opini yang salah mengenai finansial dan cenderung untuk melakukan kesalahan dalam pengambilan keputusan finansial. Hal tersebut semakin menunjukkan bahwa pendidikan literasi finansial sangat penting untuk dikenalkan sedini mungkin kepada anak-anak. Anak mempunyai karakteristik yang sangat unik, anak mempunyai keinginan untuk mengetahuai sesuatu, dan anak masih sangat berpoensi untuk dibentuk dan dikembangkan sesuai dengan bakat dan kreativitas mereka. Pemberian pendidikan literasi finansial yang baik dan benar kepada anak membuat anak mempunyai bekal yang cukup dan membuat anak lebih menginternalisasi nilai-nilai tentang literasi finansial sehingga hal tersebut akan sangat berpengaruh ketika dia dewasa kelak.
Tantangan kehidupan yang semakin mengglobal menuntut sebuah sistem perekonomian suatu negera untuk terkoneksi dengan dunia. Selain itu, perubahan gaya hidup serta tuntutan zaman yang semakin tinggi dan modern membuat seseorang wajib untuk mampu bersaing dalam sebuah dunia yang nyaris tanpa batas. Perubahan gaya hidup yang diakibatkan oleh peningkatan kelas menengah di beberapa negara menjadikan bekal pengelolaan finansial menjadi hal yang wajib untuk diberikan. Dengan asumsi bahwa dunia akan terus mengalami perkembangan dan kemajuan, maka pemberian bekal sejak dini terhadap anak agar mereka mempunyai bekal yang cukup untuk menjalankan pengelolaan dan keputusan finansial menjadi suatu keniscayaan. Selain itu pola kehidupan anak di era yang modern seperti ini cenderung lebih mendekatkan mereka pada hal – hal yang bersifat konsumtif. Rekreasi ke pusat perbelanjaan merupakan suatu hal yang umum dilakukan hal tersebut membuat seorang anak akan lebih sering berinteraksi dengan aktivitas jual beli sehingga pengertian pengelolaan finansial sangat penting bagi mereka untuk bisa membedakan mana yang menjadi sebuah kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan.
Kebutuhan anak tentang pendidikan literasi finansial sangat diperlukan bukan hanya untuk masa depan mereka, namun juga untuk kehidupan anak saat ini yang sudah semakin kompleks. National Council On Economic Education (NCEE) dan National Council On Social Studies (NCSS) menekankan bahwa semua anak harus melek ekonomi (economically literarte) untuk kepentingan tata ekonomi global baik hari ini ataupun masa depan. NCEE menyarankan bahwa semua anak harus mampu:
1. Mengelola finansial pribadi.
2. Memahami dan menghargai peran dari para pekerja yang memproduksi barang dan jasa.
3. Menarik diri dalam sistem ekonomi dan memahami bagaimana sistem itu berkerja.
4. Berfikir kritis terhadap masalah ekonomi, merasa mempunyai tanggung jawab, memahami konsep ekonomi dasar (produksi, distribusi, konsumsi), melakukan pengambilan keputusan ekonomi, dan alasan logis tentang isu-isu terkini yang berdampak pada kehisupan mereka.
5. Siap untuk berpartisipasi dalam kegiatan produksi ekonomi yang bertujuan untuk mempersiapkan karir mereka di masa depan.
Kebutuhan anak akan pendidikan literasi finansial yang semakin mendesak menuntut komitmen dan peran serta aktif dari berbagai pihak. Keluarga yang menjadi komunitas pertama kali untuk anak dan sekolah yang merupakan komunitas pertama kali anak berinteraksi dengan teman-teman yang mungkin sangat berbeda dengan dirinya merupakan sarana yang sangat efektif untuk menginternalisasi nilai-nilai pendidikan literasi finansial kepada anak. Proses penanaman nilai-nilai pendidikan literasi finansial memerlukan proses yang panjang dan berkesinambungan. Proses yang saling berkaitan dan sesuai antara apa yang di dapatkan di keluarga dan di sekolah harus saling mengisi dan mendukung.
Keluarga merupakan faktor yang sangat vital dalam mengajarkan pendidikan literasi finansial pada anak. Mengajarkan anak pendidikan literasi finansial dewasa ini sudah seharusnya menjadi kewajiban orang tua, namun penelitian menunjukkan bahwa banyak orang tua yang tidak memiliki keterampilan untuk mengajarkan pendidikan literasi finansial pada anak. Keluarga sebagai komunitas pertama serang anak dalam berinteraksi dengan orang lain merupakan sumber belajar pertama anak berbagai hal termasuk pendidikan literasi finansial. Namun sayangnya, sebagian besar orang tua justru berfikiran bahwa anak baru pantas mendapatkan pendidikan tentang finansial pada usia 18 tahun. Studi mengenai persepsi orang tua terhadap proses sosialisasi pengetahuan tentang finansial pada anak ditemukan bahwa orangtua merupakan agen utama dalam proses sosialisasi pengetahuan literasi finansial pada anak, namun sayangnya mayoritas pengetahuan mengenai pendidikan literasi finansial yang diberikan dari orang tua ke anak tidak sesuai dengan tujuan. Kesalahan tersebut juga jamak kita jumpai di Indonesia, mendiskusikan tentang masalah finansial dengan anak masih dianggap tabu, keterlibatan anak dalam pengelolaan finansial terutama yang berkaitan dengan mereka menjadi sangat minim. Padahal seharusnya, proses pendidkan literasi finansial pada anak harus diberikan sedini mungkin agar proses internalisasi nilai-nilai literasi finansial menjadi lebih matang dan terencana.
Pola mengasuh anak yang baik seperti dengan secara eksplisit mengajarkan dan menunjukkan konsep-konsep finansial dapat mempengaruhi pengetahuan literasi finansial sejak usia dini sampai masa remaja. Pengaruh langsung seperti diskusi keluarga dan menjaga pengeluaran atau hadiah dapat menyebabkan peningkatan pengetahuan dan pembentukan sikap, nilai, dan perilaku terhadap uang. Untuk menanamkan nilai-nilai literasi finansial kepada anak dalam lingkup keluarga, peran orang tua menjadi sangat vital. Langkah-langkah yang bisa dilakukan untuk menanamkan nilai-nilai finansial kepada anak antara lain :
1. Mulai melibatkan anak dalam pengambilan keputusan finansial.
Selama ini anak hanya dianggap sebagai obyek yang jarang sekali dilibatkan dalam pengambilan keputusan keluarga terutama masalah finansial. Kebanyakan orangtua beranggapan bahwa anak layak untuk diajarkan pendidikan literasi finansial pada saat mereka dewasa. Dalam penentuan keputusan finansial yang menyangkut dengan dirinya misalnya uang saku, uang tabungan dan sebagainya, jarang sekali orang tua melibatkan anak dalam menentukan keputusan tersebut. Tidak adanya ruang dialog antara orangtua dengan anak akan menjadikan anak kurang kritis dalam menyikapi segala permasalahan yang ada di sekitar mereka. Hal yang paling sederhana untuk mulai mengenalkan pendidikan literasi finansial pada anak adalah mulai melibatkan mereka dalam pengambilan keputusan finansial minimal pada hal-hal yang berkaitan dengan mereka. Berikan anak ruang dialog untuk mendiskusikan tentang penentuan alokasi finansial mereka. Adanya ruang dialog antara orangtua dengan anak dalam pengambilan keputusan finansial akan sangat bermanfaat untuk menumbuhkan kemapuan berfikir kritis mereka sekaligus akan sangat menunjang dalam penanaman nilai-nilai pendidikan literasi finansial pada anak.
2. Memberikan pengertian mana yang merupakan kebutuhan dan mana yang hanya keinginan.
Salah satu kemapuan yang harus diajarkan ke anak yaitu membedakan mana kebutuhan dan mana yang hanya sekedar keinginan. Sifat anak-anak yang masih sangat konkret menjadikan anak terkadang kurang bisa membedakan mana yang hanya keinginan dan mana yang benar-benar sebagai kebutuhan mereka. Peran orang tua untuk melatih dan mendidik anak tentang pengertian kebutuhan dan keinginan sangat diperlukan. Orang tua perlu membiasakan diri untuk tidak menuruti segala permintaan anak yang dianggap kurang begitu penting.Ajak anak berbicara dan berdiskusi untuk memberikan pengertian kepada mereka tentang makna dari barang yang akan dibeli, apakah hanya sekedar keinginan sesaat atau barang tersebut benar-benar sebuah kebutuhan yang harus dipenuhi. Ekpresi rasa sayang kepada anak bukan dengan cara menuruti semua hal yang mereka iniginkan, namun dengan cara mendidik mereka untuk memahami betul apakah hal tersebut benar-benar sebagai kebutuhan atau hanya sekedar keinginan.
3. Membiasakan menabung.
Pengenalan sejak dini pada anak tentang motif jaga-jaga dalam hidup sangat diperlukan. Biaskaan anak untuk menyisihkan sebagian kecil uangnya yang digunakan untuk kepentingan di kemudia hari. Dengan membiasakan anak menyisihkan uang mereka, akan bermanfaat bagi dirinya dalam tiga hal, pertama mereka akan terbiasa tidak mengahabiskan seluruh uang mereka sehingga akan melatih pengendalian diri mereka. Kedua, dengan menabung mereka akan memiliki sikap untuk bersabar dan berusaha dengan kemampuan mereka sendiri untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Ketiga, dengan dibiasakan menabung anak akan lebih dini mengenal kegiatan investasi. Penanaman disiplin yang kuat dari orang tua serta komunikasi yang intens antara orang tua dengan anak akan menjadikan proses pendidikan menabung semakin mudah. Kebiasaan yang ditanamkan orangtua mampu memberikan penguatan pemahaman tentang uang serta bagaimana menggunakannya. Saat anak menjadi dewasa akan bertendensi menjadi konsumen yang cerdas yang mana salah satu bentuknya adalah berhemat atau tidak boros.
4. Mulai mengenalkan anak pada lembaga finansial
Sedikit orangtua yang mengenalkan budaya menyimpan uang di lembaga finansial (bank) kepada anak. Kebanyakan orang tua menganggap anak belum perlu untuk menabung uang-uang mereka di bank. Hal tersebut tentunya sangat berpengaruh terhadap perilaku dan cara pandang anak tentang bank di masa yang akan datang. ketika anak tidak dibisasakan menabung uang mereka di bank, dikemudian hari anak akan sulit untuk dengan sengaja menyisihkan uang mereka untuk disimpan di bank. Mengenalkan menyimpan uang di bank kepada anak akan sangat bermanfaat baik dari segi keamanan ataupun dari segi kedisiplinan. Anak akan menjadi tidak mudah untuk mengambil uang mereka dibandingkan dengan hanya menyimpan uang di rumah. Anak akan menjadi lebih bisa menahan diri untuk memenuhi keinginan yang tidak begitu penting. Selain itu anak akan terbiasa untuk menyisihkan uang mereka agar bisa disimpan di bank.
Keluarga merupakan komunitas pertama anak dalam brinteraksi. Perang orang tua dalam memberikan nilai – nilai pendidikan literasi finansial menjadi sangat vital. Beberapa studi menunjukkan bahwa anak-anak belajar tentang finansial dari orang tua melalui instruksi yang disengaja, partisipasi, dan praktek (secara eksplisit) serta melalui pengamatan (secara implisit). Dengan demikian, intervensi orang tua kepada anak dalam menanamkan nilai – nilai pendidikan lieteraasi finansial menjadi sangat penting. Ketidaksadaran orang tua akan pendidikan literasi finansial pada anak hanya akan menjadikan anak belajar dan memahami pendidikan literasi finansial secara salah dan tidak bermakna serta akan menjadikan anak tumbuh dan berkembang menghadapi dunia yang makin mompleks tanpa bekal pengetahuan yang cukup mengenai piterasi finansial.
Salah satu alasan kenapa orang kaya tambah kaya dan orang miskin tambah miskin serta kelas menengah selalu berjuang dengan menggunakan dana pinjaman dikarenakan pendidikan tentang finansial hanya dipelajari di rumah bukan di sekolah. Hal tersebut dapat diartikan bahwa dengan menyerahkan pendidikan literasi finansial pada orang tua padahal kebanyakan orang tua tidak menguasai dan tidak mempunyai kesadaran tentang pedidikan literasi finansial akan menyebabkan anak hanya akan melihat dan belajar dari apa yang dilakukan orang tua mereka. Bredasarkan teori pembelajaran sosial, anak-anak memiliki pengalaman finansial belajar melalui pengamatan, penguatan positif atau negatif, latihan dan partisipasi, dan instruksi yang disengaja oleh orang tua. Dampak lebih jauhnya adalah keadaan finansial anak tidak akan jauh berbeda dengan keadaan finansial orang tua mereka. Pendidikan literasi finansial di sekolah menjadi sangat penting selain sebagai penyeimbang dan pelengkap pendidikan literasi finansial yang telah diterima anak dari orang tua mereka, bisa juga menjadi pemutus mata rantai kemiskinan yang ada dalam masyarakat. Karena anak yang berasal dari keluraga tidak mampu dan kurang mendapatkan pendidikan literasi finansial dari orang tua mereka akan mendapatkan pendidikan tentang finansial yang cukup memadai dari sekolah.
Anak usia pra sekolah dan sekolah dasar merupakan individu yang masih
berada pada tahapan abstrak perlu diberikan pengetahuan-pengetahuan sederhana mengenai dasar-dasar tentang perekonomian dan finansial. Dalam kaiatanya dengan haltersebut guru bisa mengajarkan anak usia pra sekolah ataupun sekolah dasar kelas rendah dengan hal-hal sebagai berikut :·
1. Kelangkaan, yaitu tentang kebutuhan yang tida terbatas dan alat pemenuh kebutuhan yang terbatas.
2. Perlunya pengambilan keputusan dalam penggunaan sumber daya dalam pemenuhan kebutuhan.
3. Fungsi dari produksi dan konsumsi, konsep dari perdagangan dan barter dan gagasan bahwa uang merupakan alat tukar untuk mendapatkan barang dan jasa.
4. Karir, mendidik anak untuk pilihan karir di masa depan.
Dengan pola fikir yang masih sangat abstrak, dalam mengenalkan beberapakonsep diatas harus menggunakan contoh – contoh yang sangat sederhana dan dekat dengan kehidupan mereka. Pendidikan literasi finansial adalah sebuah proses jangka panjang. Dengan mengenalkan beberapa konsep di atas sejak dini kepada anak, anak akan mengenal konsep dan nilai – nilai tentang perekonomian dan finansial sehingga mereka akan tumbuh dan berkembang dengan bekal pengetahuan yang cukup. Di beberapa negara sudah mulai muncul rasa kesadaran yang tinggi akan pentingnya pendidikan literasi finansial di sekolah. Namun, tidak sedikit pula hambatan yang menjadikan penerapanny menjadi sulit untuk diwujudkan. Organisations For Economics Co-Operations and Development (OECD) menyebutkan bahwa hambatan utama dalam penerapan pendidikan literasi finansial disebuah negara terletak pada kurangnya kemauan politik, kurangnya sumber daya dan bahan ajar, kurikulum yang sudah terlalu penuh sesak dan keahlian yang kurang memadai. Untuk kesuksesan pendidikan literasi finansial di sekolah, yang pertama kali harus dilakukan adalah komitmen dari pemerintah.
Bentuk dukungan politik dari pemerintah yang kuat serta konsisten akan sangat mendukung dari penerapan pendidikan literasi finansial di sekolah. Hal tersebut juga bisa menjadi fondasi yang sangat ideal guna mewujudkan pendidikan literasi finansial yang inklusif pada bangku sekolah. Selain itu, pendidikan literasi finansial haruslah masuk dan terintegrasi dengan kurikulum nasional. Hal tersebut akan mempermudah dalam penerapan pendidikan literasi finansial di setiap tingkatan pendidikan. Penerepan pendidikan literasi finansial di sekolah juga harus konsisten dan berkesinambungan. Dari mulai tingkatan PAUD sampai perguruan tinggi, pendidikan literasi finansial haruslah berkesinambungan dan berjenjang disesuaikan dengan tingkatan pola fikir anak setiap jenjang serta konteks perekonomian dan finasial yang sedang terjadi.
Pendidikan literasi finansial di sekolah akan berjalan dengan baik ketika dilakukan dengan melibatkan berbagai pihak. OECD memberikan beberapa pedoman yang dapat diterapkan sebuah negara agar penerapan pendidikan literasi finansial di bangku sekolah dapat berjalan dengan baik. Langkah-langkah tersebut antara lain :
1. Pendidikan literasi finansial di sekolah harus menjadi bagian dari strategi nasional terkoordinasi. Strategi ini harus memiliki payung hukum yang kuat atau koordinator untuk memastikan relevansi dan keberlanjutan jangka panjang. Sistem pendidikan dan profesi harus terlibat dalam pengembangan strategi.
2. Harus ada kerangka kerja pembelajaran yang memuat secara jelas tujuan, hasil belajar, konten, pendekatan pedagogis, sumber daya dan rencana evaluasi. Konten harus mencakup pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai. Kerangka kerja ini dapat nasional, regional atau lokal.
3. Sedapat mungkin, sumber berkelanjutan pendanaan harus diidentifikasi sejak awal.
4. Pendidikan finansial harus dimulai sedini mungkin, idealnya sejak awal sekolah formal, dan melanjutkan sampai akhir waktu siswa di sekolah.
5. Pendidikan finansial idealnya harus menjadi bagian inti dari kurikulum sekolah. Hal ini dapat, tetapi tidak perlu, diajarkan sebagai subjek yang “berdiri sendiri” namun bisa diintegrasikan ke dalam mata pelajaran lain seperti matematika, ekonomi, ilmu sosial atau kewarganegaraan. Pendidikan finansial dapat memberikan berbagai konteks “kehidupan nyata” di berbagai mata pelajaran.
6. Guru harus cukup terlatih dan merupakan sumber daya yang dibuat sadar akan pentingnya pendidikan literasi finansial dan memahami metode pedagogis yang relevan, dan mereka harus menerima dukungan dan pelatihan untuk mengajarkan pendidikan literasi finansial.
7. Pendidikan literasi finansial harus mudah diakses, objektif, berkualitas tinggi, dukungan alat-alat belajar yang efektif, sumber daya pedagogis yang tersedia untuk sekolah-sekolah dan guru yang sesuai dengan tingkat pendidikan.
8. Kemajuan siswa harus dinilai dan siswa harus mendapatkan pengakuan atas prestasi yang sudah mereka raih.
Penerapan pendidikan literasi finansial sejak dini di sekolah sangatlah penting dan harus didukung oleh semua pihak. Pendidikan literasi finansial di sekolah juga harus mempunyai arah serta tujuan yang jelas. Pemerintah pusat maupun daerah sebagai pemangku kepentingan mempunyai peran yang sangat penting bagi suksesnya penerapan pendidikan literasi finansial di sekolah. Ketersediaan tenaga guru yang kompeten serta materi ajar yang berkualitas juga sangat dibutuhkan dalam penerapan pendidikan literasi finansial di sekolah. Semua faktor pendukung tersebut harus berjalan secara simultan dan berkesinambungan serta dimulai sedini mungkin pada anak usia sekolah agar pendidikan literasi finansial dapat berjalan dengan baik serta proses internalisasi nilai-nilai pendidikan literasi finansial akan berjalan dengan baik.
Pendidikan literasi finansial sudah menjadi sebuah kebutuhan bagi sebuahnegera. Dewasa ini penerapan pendidian literasi finansial di Indonesia masih belum dilaksanakan secara optimal baik di tingkat keluarga maupun sekolah. Mengingat pentingnya pemberian intervensi mengenai literasi finansial pada anak akan sangat berpengaruh terhadap tingkat kesejahteraan di masa yang akan datang maka penerapan pendidikan literasi finansial secara optimal harus segera dilakukan sedini mungkin. Pada tahapan yang masih dalam taraf perkembangan, akan sangat efisien jika pendidikan literasi finansial diberikan kepada mereka anak usia dini.
Penanaman nilai-nilai literasi finansial yang benar pada usia dini akan selalu memberkas dalam fikiran mereka. Pemahaman dasar mengenai pendidikan literasi finansial pada anak akan menjadikan anak tumbuh dewasa dengan bekal menganai literasi finansial yang cukup serta mempunyai fondasi yang kuat untuk memahami isu-isu serta masalah-masalah finansial yang ada di sekitar mereka. Penerapan pendidikan literasi finansial pada anak harus dilaukan sedini mungkin, keluarga menjadi gerda terdepan dalam menerapkan pendidikan literasi finansial pada anak. Keluarga yang merupakan komunitas pertama dan yang menjadi orang-orang terdekat anak sangat signifikan untuk menanamkan nilai-nilai pendidikan literasi finansial pada anak. Komitmen serta tanggung jawab orang tua menjadi hal yang sangat dibutuhkan agar penanaman nilai-nilai pendidikan literasi finansial menjadi maksimal. Keterbukaan dan pemberian ruang diskusi yang cukup pada anak dalam membahas mengenai urusan finansial mutlak diperlukan agar anak tidak hanya menjadi obyek yang pasif tentang urusan finasial mereka. Peran sekolah juga sangat penting untuk menanamkan nilai nilai pendidika literasi finansial pada anak. Sekolah yang merupakan komunitas besar pertama anak serta lingkungan pertama anak dalam mengenal dunia luar sangat efektif untuk mengajarkan nilai-nilai pendidikan literasi finansial pada anak. Untuk penerapan di sekolah perlu langkah yang sangat komprehensif agar proses pengajaran pendidikan literasi finansial berjalan dengan baik. Dimulai dari tingkat kurikulum yang menjadi dasar pijakan sebuah pengajaran, bahan dan materi yang sesuai, tenaga pengajar yang kompeten dan berdedikasi sangat dibutuhkan untuk kelancaran dalam penerapan pendidikan literasi finansial di sekolah. (fatchur)