Oleh : Suharman (Widyaprada BP PAUD Dan Dikmas Papua)
Tersisa rasa haru bercampur pilu ketika Fakta menyulutkan pernyataan bahwa Terisolirnya sebuah Daerah tidak hanya menimbulkan kesenjangan bidang ekonomi dan kesehatan namun juga bidang Pendidikan terlebih khusus Pendidikan Anak Usia Dini. Situasi ini terkadang masih menghambat Pendidik untuk mengakses informasi guna memberikan yang terbaik dalam kegiatan Belajar dan Mengajar. Ketidakberuntungan ini terpaksa melahirkan seseorang pada kondisi prematur untuk menjadi Pendidik dan Tenaga Kependidikan PAUD yang hanya didasari rasa iba terhadap anak-anak di lingkungan sekitar yang belum tersentuh dengan layanan Pendidikan.
Sangat perlu dilakukan upaya Peningkatan Kompetensi agar mereka bisa menjalankan fungsinya sesuai yang didambakan Pemerintah dan Masyarakat.Ungkapan terima kasih selalu terbesit dalam hati atas kerelaan mereka memberikan pelayanan yang tulus kepada Anak-anak Bangsa Indonesia yang terlahir di Daerah terisolir ataupun terpencil. Kepedulian mereka untuk memberikan layanan PAUD ala kadarnya kepada anak-anak patut diacungi jempol. “Daripada dorang main-main tra jelas, keluyuran sana-sini makanya kitong kumpulkan di sini untak kasi belajar” demikian ungkapan yang sering disampaikan Pendidik yang dilandaskan pada rasa iba yang setinggi-tingginya pada lingkungan sekitar.
Namun, perlu disadari oleh Pemerintah dan kita semua, janganlah lagi kita membanggakan diri dengan berjamurnya Satuan PAUD namun dalam rangka pemberian akses tanpa mutu didalamnya. Untuk Pemerintah baik Daerah maupun Pusat, kasihanilah mereka PTK PAUD yang telah memberikan layanan “Ala Kadarmya” tersebut. Teruntuk sahabatku PTK PAUD dan Dikmas yang juga masih memberikan layanan “Ala Kadarnya” maka kasihanilah diri kalian. Seberapa banyak pengorbanan kalian, berapa banyak kepentingan Keluarga yang kalian abaikan demi Penyelenggaraan PAUD Dan Dikmas itu, Tidak sedikit biaya yang kalian sisihkan untuk Penyelenggaraan PAUD Dan Dikmas itu semua akan tak begitu bermakna. Buka hati kalian, renungilah dalam-dalam, apabila bertahun-tahun kita memberikan layanan Pendidikan yang tidak berorientasi hasil atau tidak berotientasi pada Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak (STTPA) untuk PAUD dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) atau layanan Pendidikan “Ala Kadarnya” maka lulusannya pun menjadi Lululsan yang “Ala Kadarnya”. Peserta didik akan melalui proses namun tidak banyak yang menikmati hasil.
Ibarat Kalian adalah Petani apakah kalian menikmati ketika menanam dua puluh pohon cabai namun ketika pada saat panen hanya lima pohon yang dapat dipanen, Lima pohon lainnya tumbuh tapi tidak berbuah dan sepuluh pohon lainnya tumnuh berbuah tapi sangat disayangkan buahnya rusak diserang hama. Hal tersebut terjadi karena petaninya hanya melakukan proses tanam tanpa memperhatikan penyemaian dan pemberian pupuk serta tanpa pengendalian hama atau dalam arti lain petani tersebut hanya menanam cabai tanpa meperhatikan mutu. Oleh karena itu, mulai sangat perlu kita giatkan “Akses itu penting namun mutu juga penting” maka janganlah kita mengabaikan kedua hal tersebut. Perubahan bisa kita lakukan dengan melakukan penyusunan rencana pengembangan mutu sesuai Standar Nasional Pendidikan. Sedikit demi sedikit lakukanlah layanan sesuai dengan Standar Nasional Pendidikan lalu jangan lupa didokumentasikan dalam bentuk dokumen dan disiapkan pad Odner atau Filing Box yang dapat dibeli atau dibuat sendiri dan karton bekas untuk masing-masing standarnya. Dengan demikian selain layanan Standar Nasional Pendidikan terpenuhi maka Satuan Pendidikan juga telah melakukan sistem informasi manajemen secara offline yang sewaktu-waktu dapat diinformasikan kepada siapapun yang membutuhkannya.