L.M.ARIFIN
WIDYAPRADA
Masa usia emas anak yang disebut juga dengan Golden Age merupakan masa penting dan genting untuk mengoptimalkan pertumbuhan, yakni proses pertambahan ukuran meliputi volume, bobot dan jumlah sel yang sifatnya tidak dapat kembali keasal atau bersifat Irrevesible dan dapat diukur dengan alat ukur (fisik) dan perkembangan, yaitu perubahan atau diverensiasi sel menuju kearah yang lebih dewasa Proses menuju kedewasaan yang tidak dapat diukur dengan alat ukur (psikhis). Masa Golden age, sebagaimasa pembentukan system saraf secara mendasar sudah terjadi. Hal ini dikarenakan masa lima tahun pertama (0-5) adalah masa kritis. Menurut hasil penelitian Osbora, White dan Bloom perkembangan intelektual manusia pada usia empat tahun sudah mencapai 50%, usia 8 tahun 80%, dan pada usia 18 tahun bisa mencapai 100%. Berdasarkan penelitian tersebut maka masa usia dini adalah masa golden age yang harus dioptimalkan karena sebagian besar perkembangan otak anak didominasi pada masa tersebut yakni mencapai 80% sedangkan 20% selanjutnya akan berkembang setelah masa usia dini hingga umur 18 tahun. Karenanya pada usia Emas anak banyak dilakukan rangsangan ( stimulus) untuk menunjang tumbuh kembang serta menguatkan kosa kata yang dimiliki melalu bermain, membacakan buku dan mendongeng. Orang Tua dan orang dewasa lainnya, yang harus dilakukan dan diperhatikan adalah :
- Kenali potensi anak usia dini.
- Kenali anak melalui kepribadiannya.
- Berikan stimulasi yang tepat
- Ajarkan anak berkreasi.
- Arahkan anak sesuai minat dan bakat yang digemari.
- Libatkan anak dalam kegiatan minaat dan bakatnya.
- Berikan perhatian pada anak.
- Berikan dukungan pada anak.
- Berikan pujian pada anak
10.Ciptakan suasana tenang dilingkungan anak.
11.Dorong anak untuk terus belajar.
Selaian beberapa hal tersebut orang tua juga disarankan oleh beberapa Dokter ahli gizi dan nutrisi agar :
- Memenuhi kebutuhan nutrisi anak
- Berbicara dengan kata-kata negatif di depan anak
- Over-protective
- Memaksa anak menggunakan otak kirinya
Kalangan para ahli otak di dunia termasuk di Indonesia seperti, Indonesian Neuroscience Society telah lama melakukan penelitian bahwa: otak anak2 itu belum berkembang sempurna (matang) hingga dia berusia 20-25 tahun, setelah sempurna baru mereka dianggap Dewasa. Otak manusia dibagi 3: batang otak (diatas leher), limbik (kepala bagian belakang), dan pre frontal cortex/PFC (kepala bagian depan/di jidat). Perkembangan ketiganya itu pun sesuai dengan urutan diatas. Jadi PFC itulah yg terakhir berkembang dengan sempurna dan yang menandakan seseorang menjadi dewasa.
Jean Piaget, ahli psikologi pendidikan dari Swiss, mengungkapkan tahap perkembangan anak periode pertama adalah tahap sensori-motor (0-2 tahun), di mana bayi menggunakan penginderaan dan aktivitas motorik dalam mengenal lingkungannya. periode kedua yakni tahap pra-operasional (2-7 tahun).fase ini, kemampuan berbahasa anak sudah baik, tapi masih egosentris. Anak masih sulit melihat sesuatu dari perspektif berbeda. Misalnya, ketika mereka diperlihatkan sebuah botol tinggi ramping dan sebuah botol pendek dan lebar diisi dengan air sama banyaknya. Kebanyakan anak di usia ini menjawab bahwa ada lebih banyak air dalam gelas tinggi ramping.
Jika Memaksa anak usia di bawah lima tahun (balita) menguasai calistung (baca : Membaca, menulius dan berhitung ) dapat menyebabkan si anak terkena ‘Mental Hectic’, yaitu anak menjadi pemberontak, suka melawan dan agresif. Penyakit itu akan merasuki anak di saat kelas 2 atau 3 Sekolah Dasar (SD). Selain itu memaksakan anak menguasai calistung pada usia dini justru akan merusak kecerdasan mentalnya. Ia mungkin tampak jenius secara kognitif, namun fungsi otak lainnya akan terganggu. Karena otak manusia tidak hanya berfungsi untuk mengolah informasi kognitif, namun juga nalar dan karakter (akhlaq). Apabila kemampuan nalar dan akhlaq rendah, maka kemanusiaan akan jatuh pada titik nadir.
Meski demikian bukan berarti tidak dapat mengajarkan calistung pada anak usia dini, hanya yang perlu dilpahami oleh orang tua dan orang dewasa lainnya yakni mengetahui tahapan pekembangan anak dan minat baca anak yang dapat distimulus dengan kegiatan belajar melalui bermaian dan bercerita atau mendongeng. Cara lain mengajarkan anak mengenal huruf dan angka pada usia emas adalah dengan memberikahan ruang agar anak:
- Melihat ibunya menghitung gelas untuk menjamu tamu.
- Melihat kakaknya menikmati membaca buku.
- Menghitung jumlah anggota dalam sebuah permainan kelompok.
Selanjutnya Mengajarkan anak-anak berhitung masih diperbolehkan, asalkan disampaikan dengan cara yang menyenangkan dan disukai anak. Misalnya dengan menjejer beberapa gambar hewan peliharaan sambil menyebutkan jumlahnya, atau mengenalkan warna-warna dasar.
Secara psikis, anak akan mengalami tekanan karena harus menguasai materi yang tidak disukai. Jika proses ini terus berlanjut, bisa mengganggu proses belajar di masa mendatang. Otak dan mental mereka sudah jenuh ketika berada pada jenjang pendidikan lebih tinggi yang menuntut pembelajaran serius dan fokus.
Calistung yang dilaksanakan pada anak terburu-buru akan mengubah anak menjadi pemberontak, merasa jenuh dan bosan. Kondisi tersebut dapat membuat gangguan berkomunikasi, gangguan pengendalian emosi, stres, depresi dan gangguan perilaku lainnya pada masa usia emas anak.
Praktik sekolah Dasar memberlakukan tes kemampuan Membaca, Menulis dan Berhitung (calistung) pada anak ketika Masuk sekolah seharusnya dilarang dalam Peraturan Pemerintah (PP) No 17/2010 tentang Pengelolaan dan Penyelenggaraan Pendidikan. Pasal 69 Ayat 5 menyebutkan, bahwa penerimaan siswa baru kelas I SD atau bentuk lain yang sederajat tidak didasarkan pada hasil tes kemampuan calistung atau bentuk tes lain. Syarat masuk SD cukup berusia paling rendah enam tahun atau atas dasar rekomendasi tertulis dari psikolog profesional. Penyelenggara PAUD bukan tidak mengerti aturan ini, tapi terkadang pihak orangtua menuntut agar sekolah mengajarkan Membaca, Menulis dan Berhitung (calistung) untuk anaknya.
Orang Dewasa dapat mengenalkan calistung awal pada anak, tapi harus disampaikan dengan cara menyenangkan. Jangan terlalu serius dan menuntut hasil akhir saat itu juga.”
Pengenalan berhitung pada anak di bawah usia 7 tahun, dapat dilakukan dengan menyebutkan angka-angka sembari bermain. Misalnya dengan bersama-sama menaiki anak tangga sambil berhitung, atau bernyanyi. Sementara itu, pengenalan membaca bagi anak cukup dengan meminta mereka membaca kalimat gabungan 2 kata, seperti “Ini Ibu, Ini Ayah, Ibu Budi.” Akan sangat membantu bila menggalakan kegaiatan GERNAS BAKU, suatu gerakan membacakan buku pada anak yang dilakukan oleh orang tua, karena ini akan membantu anak dalam mengelaborasi kata demi kata serta tata bahasa dan struktur bahasa anak menjadi lebih lengkap dan teratur.
Bila demikian maka usia emas hendaknya dimanfaatkan orang tua dan orang dewasa lainnya untuk mengeksplorasi kamampuan dan bakat anak agar dapat dimaksimalkan menjadi potensi belajar anak sesuai kemampuannya, Golden Age tidak akan terulang karenanya orangtua dapat memaksimalkan stimulasi kecerdasan anak sebaik mungkian pada usia ini, ayo kita dampingi anak menggapai cita-cita dengan kita Ajarkan, Kita Contohkan dan kemudian kita Biasakan supaya perilaku yang baik dapat menetap pada anak sebagai hasil stimulasi…Semoga***
*Widyaprada, pada BP Pauda Dan Dikmas Provinsi Papua